Tim Monitoring Temukan Cacing di Hati Sapi dan Daging Ayam Tiren
TASIKMALAYA, (PRLM).- Tim monitoring barang
dan jasa Kota Tasikmalaya masih menemukan cacing hati (Fasciola
Hepatica) terkandung dalam hati sapi di Pasar Cikurubuk dan Pasar
Pancasila. Selain itu, ditemukan pula pedagang ayam yang menjual daging
ayam tiren serta pedagang yang masih memperjualbelikan makanan olahan
yang sudah kadaluarsa.
Hal itu terungkap dalam sidak yang dilakukan gabungan instansi
seperti Dinas Perindustrian, perdagangan, dan Koperasi, Dinas Kesehatan,
Dinas Pertanian, Badan Metereologi, Kejari dan Kepolisian di lingkungan
Pemerintah Kota Tasikmalaya, Kamis (4/8). Hal itu dalam rangka
mengawasi peningkatan konsumsi pangan pada bulan puasa hingga jelang
hari raya.
Di Pasar Cikurubuk, tim menyidak sejumlah jongko daging sapi. Yang
menjadi sasaran adalah hati sapi. Ketika dibelah, hati sapi tersebut
mengandung cacing hati. Tim pun memisahkan bagian daging hati tersebut,
kemudian memusnahkannya. Cacing hati tersebut pada umumnya didapati di
dalam hati sapi lokal, sedangkan hati sapi impor relatif aman dari
cacing hati.
Sementara itu, daging sapi lokal di sana pada umumnya layak
dikonsumsi karena keasamannya atau PH masih dalam ambang batas wajar
yaitu 5,3. Dengan demikian, semua daging merupakan daging segar, tidak
busuk. Namun sayangnya, beberapa pedagang ayam masih menjual ayam yang
berlendir alias tidak segar.
Kepala Rumah Potong Hewan (RPH)Kota Tasikmalaya, drh Aceu Siti
Maemunah selaku pemeriksa kualitas daging menjelaskan, keberadaan cacing
hati dalam hati sapi berbahaya apabila dikonsumsi dalam janghka waktu
yang cukup lama. Namun, apabila dalam proses pemasakan yang sempurna,
akan ada rasa yang berbeda dan mengurangi estetika ketika disantap.
"Ada rasa seperti pasir. Tapi sebenanrnya hal itu bisa dihindari.
Pembeli harus curiga apabila secara fisik hati tersebut berwarna
kehitaman," kata Aceu.
Menurut dia, masih ditemukannya daging sapi yang bermasalah di pasar
rakyat dikarenakan adanya kelalaian pedagang. Mereka terdesak dengan
meningkatnya permintaan, menyuplai daging seadanya tanpa mempedulikan
kualitas atau kesehatan hewan ternak tersebut.
"Mereka main beli saja tanpa ada kordinasi dengan instansi terkait.
Kalau misalnya sapi-sapi tersebut disembelih di RPH pemerintah hal itu
bisa dihindari karena melalui proses pra dan post penyembelihan," kata
dia.
Ia menambahkan, kualitas sapi lokal dan impor berbeda. Hal itu
dikarenakan dengan proses pemeliharaan dan penyembelihan di RPH. Sapi
lokal mendapatkan perlakukan berbeda misalnya dari segi pangan sehingga
terdapat cacing hati, sedangkan sapi impor kebalikannya. Sapi-sapi
tersebut dipelihara dengan manajemen yang sudah mumpuni.
Di Pasar Cikurubuk, diakui sejumlah pedagang menjual separuh sapi
lokal maupun impor. Namun, sapi lokal lebih mendominasi dalam daging.
Sementara itu, sapi impor diarah hati dan organ tubuh lainnya seperti
dengkul. (A-183/das)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar