Jumat, 06 Juli 2012

Tim Monitoring Temukan Cacing di Hati Sapi dan Daging Ayam Tiren

TASIKMALAYA, (PRLM).- Tim monitoring barang dan jasa Kota Tasikmalaya masih menemukan cacing hati (Fasciola Hepatica) terkandung dalam hati sapi di Pasar Cikurubuk dan Pasar Pancasila. Selain itu, ditemukan pula pedagang ayam yang menjual daging ayam tiren serta pedagang yang masih memperjualbelikan makanan olahan yang sudah kadaluarsa.

Hal itu terungkap dalam sidak yang dilakukan gabungan instansi seperti Dinas Perindustrian, perdagangan, dan Koperasi, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Badan Metereologi, Kejari dan Kepolisian di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya, Kamis (4/8). Hal itu dalam rangka mengawasi peningkatan konsumsi pangan pada bulan puasa hingga jelang hari raya.
Di Pasar Cikurubuk, tim menyidak sejumlah jongko daging sapi. Yang menjadi sasaran adalah hati sapi. Ketika dibelah, hati sapi tersebut mengandung cacing hati. Tim pun memisahkan bagian daging hati tersebut, kemudian memusnahkannya. Cacing hati tersebut pada umumnya didapati di dalam hati sapi lokal, sedangkan hati sapi impor relatif aman dari cacing hati.
Sementara itu, daging sapi lokal di sana pada umumnya layak dikonsumsi karena keasamannya atau PH masih dalam ambang batas wajar yaitu 5,3. Dengan demikian, semua daging merupakan daging segar, tidak busuk. Namun sayangnya, beberapa pedagang ayam masih menjual ayam yang berlendir alias tidak segar.
Kepala Rumah Potong Hewan (RPH)Kota Tasikmalaya, drh Aceu Siti Maemunah selaku pemeriksa kualitas daging menjelaskan, keberadaan cacing hati dalam hati sapi berbahaya apabila dikonsumsi dalam janghka waktu yang cukup lama. Namun, apabila dalam proses pemasakan yang sempurna, akan ada rasa yang berbeda dan mengurangi estetika ketika disantap.
"Ada rasa seperti pasir. Tapi sebenanrnya hal itu bisa dihindari. Pembeli harus curiga apabila secara fisik hati tersebut berwarna kehitaman," kata Aceu.
Menurut dia, masih ditemukannya daging sapi yang bermasalah di pasar rakyat dikarenakan adanya kelalaian pedagang. Mereka terdesak dengan meningkatnya permintaan, menyuplai daging seadanya tanpa mempedulikan kualitas atau kesehatan hewan ternak tersebut.
"Mereka main beli saja tanpa ada kordinasi dengan instansi terkait. Kalau misalnya sapi-sapi tersebut disembelih di RPH pemerintah hal itu bisa dihindari karena melalui proses pra dan post penyembelihan," kata dia.
Ia menambahkan, kualitas sapi lokal dan impor berbeda. Hal itu dikarenakan dengan proses pemeliharaan dan penyembelihan di RPH. Sapi lokal mendapatkan perlakukan berbeda misalnya dari segi pangan sehingga terdapat cacing hati, sedangkan sapi impor kebalikannya. Sapi-sapi tersebut dipelihara dengan manajemen yang sudah mumpuni.
Di Pasar Cikurubuk, diakui sejumlah pedagang menjual separuh sapi lokal maupun impor. Namun, sapi lokal lebih mendominasi dalam daging. Sementara itu, sapi impor diarah hati dan organ tubuh lainnya seperti dengkul. (A-183/das)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar